DUMAI — Penilaian terhadap kinerja Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Pembangunan Dumai (Perseroda) yang disebut “jalan di tempat” dalam 100 hari kerja Direktur Utama Andika Fithrian, ST, menuai bantahan tegas dari manajemen.
Sorotan tersebut mencuat setelah pengamat ekonomi Muhammad Rian menilai BUMD berpotensi tidak produktif dan bahkan dikhawatirkan dapat menggerogoti anggaran daerah.
Menanggapi hal itu, Andika menegaskan bahwa tudingan tersebut tidak berbasis data dan terlalu menyederhanakan persoalan pengelolaan BUMD.
“Sampai hari ini, tidak ada satu rupiah pun dana pemerintah yang kami gunakan. Jadi narasi BUMD menggerogoti APBD itu keliru,” tegas Andika, Selasa (30/12/2025).
Menurutnya, fase awal kepemimpinan di BUMD bukan untuk mengejar pencitraan hasil instan, melainkan membenahi fondasi yang selama ini rapuh. Ia menilai kegagalan banyak BUMD di berbagai daerah justru berakar dari keputusan tergesa-gesa tanpa perencanaan matang.
Andika memaparkan, selama 100 hari pertama manajemen fokus melakukan audit internal, penataan tata kelola, pemetaan aset dan potensi usaha, serta penyesuaian regulasi Perseroda agar setiap langkah bisnis ke depan berjalan sesuai koridor hukum.
“BUMD bukan mesin ATM daerah. Kalau dipaksa cepat tanpa fondasi kuat, risikonya tinggi dan berujung masalah hukum,” ujarnya.
Terkait tuntutan agar PT Pembangunan Dumai segera berkontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), Andika menyebut hal tersebut wajar. Namun, menurutnya, kontribusi yang sehat hanya bisa lahir dari model bisnis yang realistis dan berkelanjutan.
Ia juga merespons isu evaluasi dan wacana pencopotan jabatan yang mulai beredar. Andika menegaskan siap dievaluasi kapan saja oleh pemilik saham, yakni Pemerintah Kota Dumai.
“Evaluasi adalah hal normal. Tapi menilai kinerja harus berbasis data, bukan asumsi atau tekanan opini,” katanya.
Andika membantah anggapan bahwa manajemen tidak bekerja selama periode awal kepemimpinan. Ia menekankan bahwa banyak pekerjaan strategis yang tidak selalu tampak di ruang publik, namun sangat menentukan arah perusahaan.
“Menyusun fondasi usaha memang tidak selalu terlihat, tapi justru itulah pekerjaan paling krusial,” ucapnya.
Ke depan, PT Pembangunan Dumai dipastikan akan memasuki tahap eksekusi usaha secara bertahap, dengan fokus pada sektor-sektor yang memiliki dampak ekonomi lokal, termasuk membuka ruang kolaborasi dengan pelaku UMKM dan sektor ekonomi kreatif.
“BUMD ini milik daerah.
Target kami jelas: bergerak hati-hati, hasilnya terukur, dan tidak membebani APBD,” pungkas Andika.
Di tengah perdebatan antara tuntutan percepatan dan kehati-hatian, publik kini dihadapkan pada pertanyaan mendasar: membangun BUMD secara instan dengan risiko tinggi, atau membenahinya secara perlahan namun berkelanjutan agar benar-benar menjadi aset daerah, bukan beban.***MDn
#Kota Dumai #BUMD Dumai #PT Pembangunan Dumai #Andika Fihtrian