Ketika Darah Satu Suku Berselisih, Datuk Bandaro Sati: Mari Kita Kembali ke Jalan Adat dan Marwah Kampar

Ketika Darah Satu Suku Berselisih, Datuk Bandaro Sati: Mari Kita Kembali ke Jalan Adat dan Marwah Kampar
Dantuk Bandaro Nusantara dan Datuk Bandaro Sati

WARTARAKYAT - Kampar, Di bumi yang subur oleh adat dan sejarah, Kabupaten Kampar kini tengah diuji oleh ketegangan di antara dua pemimpinnya Bupati Ahmad Yuzar dan Sekretaris Daerah Hambali. Dua sosok yang sejatinya berasal dari akar yang sama, suku yang sama, bahkan darah adat yang satu: suku Mandeliong Kampar.

Kegelisahan ini tak luput dari perhatian Prof. Dr. Amir Luthfi, tokoh adat yang bergelar Datuk Bandaro Sati, pucuk kobuong (konfederasi) V Koto Kampar. Dalam pandangannya, apa yang kini terjadi bukan sekadar dinamika pemerintahan, melainkan ujian bagi nilai-nilai adat dan kebersamaan yang selama ini menjadi penyangga kehidupan orang Kampar.

Pesan damai itu disampaikan melalui Ketua Umum Forum Muda Kampar Riau (FMKR), M. Akhyar Chomel, saat bersilaturahmi di Kampus Universitas Pahlawan Bangkinang.

“Datuk Bandaro Sati berpesan agar semua pihak, baik pendukung Bupati maupun Sekda, menahan diri dan tidak memperuncing keadaan. Kampar harus dijaga dengan kepala dingin, bukan dengan emosi,” tutur Akhyar.

Bagi masyarakat Kampar, adat bukan sekadar aturan, tetapi napas kehidupan. Ketika perselisihan muncul di antara sesama anak kemenakan, adatlah yang menjadi penuntun untuk meredam bara dan menyejukkan hati.

Amir Luthfi mengingatkan, dalam adat Kampar ada ungkapan “di bawah rimbun pohon adat, semua dapat teduh; di dalam rumah marwah, semua punya tempat.” Ia berharap pesan ini dapat menggugah kesadaran semua pihak bahwa kedudukan dan jabatan hanyalah titipan, sementara kehormatan adat dan persaudaraan jauh lebih abadi.

“Kita ini satu rumpun. Jangan sampai karena perbedaan pandangan, marwah Kampar tercoreng. Mari kembali ke jalan musyawarah, jalan adat yang menyejukkan,” ungkap Datuk Bandaro Sati dalam pesannya.

Dalam suasana yang mulai mengeras, suara Datuk Bandaro Sati datang sebagai penyejuk. Ia bukan sekadar bicara sebagai akademisi, tetapi sebagai penjaga nilai, pewaris adat yang percaya bahwa Kampar yang damai dan beradab hanya bisa lahir dari hati yang saling menghormati.

Dan di tanah yang dijaga marwah dan adat, pesan itu bergema lembut  mengingatkan bahwa darah yang sama seharusnya tak saling menetes karena perbedaan pandangan.***MDn

#DT Bandaro Dakti #Ahmad Yuzar #Hambali